Wednesday 4 November 2015

Suara dalam Diri

Bismillahirrahmaanirraheem.


"Sudahkah engkau berdamai dengan masa lalumu?"
tanya MasGun dalam tulisannya.

Persoalan yang aku kira, tidak punya jawapan utuh bagi setiap orang. 

Ahh, aku 'benci'(malah sebenarnya rapuh) memikirkan bagaimana seorang lelaki(MasGun) begitu mahir dan terperinci dalam menceritakan perihal jiwa dan fikiran seorang perempuan. 

Aku; perempuan yang selalu terikat dengan masa lalu. Seperti pernah aku ceritakan dalam tulisan sebelum ini,

Perempuan(aku) itu tidak rumit, ia cuma selalu
gagal dalam hal-hal melupakan.

Aku selalu terperangkap dalam kenangan sendiri, tentang manusia-manusia itu, tentang suasana dan musim luruh dulu, tentang bunga salji yang terbang di celah tudungmu, tentang daun maple yang kita kutip dulu, malah alur urat matamu ketika kamu tersenyum dan ketawa. Semuanya termasuk dalam kota kenanganku, yang aku bina 'batu'nya dari momen-momen bersama manusia-manusia yang Tuhan hadirkan dalam hidupku. Benarlah kata-kata dari Sayyid Qutb dalam tulisannya Muqadimah Fizilal, manusia itu 'hidup' setelah ia mengenal Tuhannya. Maka, momen kenangan aku banyak berkisar setelah hidupku berTuhan, di bumi China.

Malah, aku juga selalu terperangkap dalam tulisanku sendiri. Sulit rupanya menemukan 'suara' dari dalam diri. Menjawab persoalan mengapa lama menghilang dari dunia tulisan, sebenarnya aku berniat mahu membumikan aksara dalam bentuk amal- sehingga aku terlalai dan lupa medan di sini juga alat dakwah yang luas. Sehinggalah suatu hari dalam tahun ini, aku menemukan sebuah hadith dalam Kitab Adab, yang menceritakan tentang Sadaqah: iaitu perkataan yang baik juga adalah sadaqah. Aku malu, selama ini betapa sebenarnya aku melupakan amal 'sadaqah' ku di sini, yang mungkin boleh menebus dosa-dosaku yang banyak setiap hari.

Tuhan, izinkanlah aku menulis semula, hanya keranaMu, untuk menebus dosa-dosaku.

Ukhtukumfillah,
SR
Perak, Malaysia

04112015






Tuesday 4 August 2015

Masih sudikah kalian mendoakan?

bismillahirrahmaanirraheem.

Lama tidak menulis,
bukan hilang,

cuma,
aku takut untuk jujur pada diri sendiri.

(tulisan adalah jelmaan diri yang paling dalam. Kau tak mampu menebak rasa dengan hanya melihat rupa, maka carilah dirinya dalam patah kata dan tulisannya.)

Apa pun ia,
kalian masih tetap dalam doa.
InshaAllah.
(senyum)

04082015