Thursday, 21 April 2011

Di Mana Kita?

Bismillah..

         Dahulu semasa generasi Islam pertama, apabila tengah malam telah tiba, maka terdengarlah suara para juru azan mengumandangkan :

Wahai para tokoh malam hari, bersungguh-sungguhlah, betapa banyaknya seruan tidak terjawab.
Tiada yang bangun di malam hari melainkan hanya orang-orang yang memiliki tekad yang kuat dan kesungguhan yang meyakinkan.

       Sesungguhnya fenomena ini benar-benar mewarnai suatu 'madrasah', yang di dalamnya para tokoh dan ahlinya yang mampu menyalakan api semangat, dan menebarkan cahaya mereka ke seluruh lawasan yang telah tertutup oleh kegelapan selimut  jahiliyah.

    Sesungguhnya keadaan tersebut telah diungkapkan oleh penyair Iqbal melalui pengalamannya yang diringkaskan ke dalam bait-bait berikut :

Aku menangis manakala malam hari menurunkan tirai kegelapannya dan manusia lelap dalam tidurnya, sedang air mataku bercucuran dengan derasnya.
Jiwaku terbakar oleh kesedihan dan kepedihan, dan kalimat yang menghiburkan dalam kegelapan malam adalah 'Ya Qayyum'.
Aku bagaikan lilin, aku bermandikan air mata, di kegelapan malam aku nyalakan pelitaku.
Keramaian orang-orang adalah berkat cahayaku yang meneranginya, aku pancarkan cahayaku (buat mereka) sedang diriku sendiri terbakar.

     Sesungguhnya peranan dakwah Islam di masa sekarang, tidak akan meraih keberhasilannya sebelum para da'ienya menyalakan pelita mereka di malam hari. Cahaya dakwahnya tidak akan mampu mengusir kegelapan jahiliyah abad 21 selama pengembangnya tidak menjadikan 'Ya Qayyum' sebagai wirid mereka setiap hari.

      Kami katakan hal ini bukan untuk pertama kalinya melainkan sebagai petikan dari wasiat (pesan) Imam al-Banna ketika berbicara di hadapan para da'i, beliau mengatakan : Detik-detik malam hari itu sangat berharga, maka janganlah kamu menyia-nyiakan dengan kelalaian.

       Apakah kita sudah kepayahan untuk kembali menempuh jalan para da'i terdahulu, ataukah kita telah terpedaya oleh ijtihad baru yang membuat kita bersikap acuh, meremehkan masalah dan malas menanggulanginya?

       Sesungguhnya janji-janji yang datang dari sisi Allah tidak akan diganti, akan tetapi kita telah mensia-siakan saat-saat berharga dengan kelalaian. Maka makin bertambah beratlah beban yang kita pikul, dan Allah tidak akan menjadikan suatu kemudahan pun dalam urusan kita itu.

    Sesungguhnya pembelaan terhadap dakwah bukan dengan cara menebarkan banyak kalimat yang melembutkan hati, akan tetapi dengan mengumandangkan seruan nasihat untuk kembali kepada tradisi ulama terdahulu. Manakala hati telah menjadi bersih berkat taubat, dan himbauan ini telah terdengar oleh orang yang menaatinya, maka akan terpecahlah kesulitan masa sekarang akibat kelalaian yang berpanjangan.

    Hal ini merupakan suatu syarat yang harus dipenuhi.

     Seakan-akan pertolongan terhijab dari kita, kerana kita memanggil dari luar kamar, dan kita mengeraskan suara memohon kemenangan ini kepada-Nya dengan manja. Kita menjualnya, lalu menuntut hak kita secara tunai tanpa memberikan harga yang sepadan iaitu dengan rintihan di penghujung malam, dan tidak pula dengan air mata ketakutan yang deras. Sesungguhnya kemenangan ini hanyalah semata-mata sebagai karunia Allah, untuk menyenangkan hati orang-orang yang dikehendaki-Nya dari kalangan peserta 'madrasah malam' dalam kehidupan dunia ini. Dan Dia tidak akan mengurangi pahala mereka di negeri akhirat nanti barang sedikit pun, bahkan Dia memberikan kepada mereka pahala-Nya di sana secara penuh.Dan Allah tidak pernah menzalimi hambaNya.

    Sesungguhnya pembelajaran ikhlas dan menguak angan-angan duniawi yang dusta merupakan materi utama yang disajikan oleh 'madrasah malam' sebagaimana dikatakan oleh Walid al-A'zhami (penyair gerakan islam), bahawa yang demikian itu menjadi keharusan bagi tarbiyah kita untuk menekankannya dan menanamkannya secara mendalam di dalam jiwa kita.

    Benarlah apa yang dikatakan oleh Walid dalam bait-bait berikut :

Hai malam hari, qiyammu bagaikan madrasah, di dalamnya al-Quran,berikan pelajarannya kepadaku.
Yaitu tentang makna ikhlas, untuk aku tekuni sebagai jalan yang menghantarkanku ke syurga.
Dan membuka mataku tentang hakikat dunia yang sebenarnya, yang selalu membuatku terlena dengan angan-angan yang kosong.
Seperti bunglon yang selalu berganti warna dalam upayanya untuk menjerumuskan diriku ke dalam dosa.
Maka aku menjauhinya dan mengingkarinya serta selalu mewaspadainya agar tidak membisikkan rayuan mautnya kepadaku.
Maka aku ikatkan hatiku dengan Penciptanya dan dzikir yang senantiasa aku lakukan selalu menjagaku.

    Lebih dari tu, orang yang lulus dari 'madrasah malam' dapat memberikan pengaruh yang positif kepada generasi berikutnya, sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah swt. Sedang orang yang tidak menggabungkan diri dengannya akan berhati gersang lagi keras, dan membuat keras hati orang-orang yang memandangnya. Bukti ini telah dikemukakan oleh Bisyr ibnul Harits al-Hanafi sejak dahulu, dia telah mengalaminnya dan membimbingmu ke arahnya,melalui ungkapan berikut :

Cukuplah bagimu sebagai buktinya, bahawa ada suatu kaum yang telah tiada, tetapi dapat menghidupkan hati yang mati dengan mengingat mereka, dan ada pula kaum lainnya yang hidup, tetapi dapat membuat hati keras dengan melihat mereka.

No comments: